Tuesday, October 20, 2020

Materi Komponen Suaian Yang Berpasangan 3.13 dan 4.13

 

A.     Pengertian Suaian

Suaian adalah kondisi pasangan antara 2 komponen karena adanya perbedaan ukuran (toleransi). Dengan adanya toleransi akan terjadi perbedaan-perbedaan ukuran dari bagian yang selesai dikerjakan dan akan dipasang. Tetapi perbedaan-perbedaan ini masing-masing bisa dipasang dengan bagian yang menjadi pasangannya.

B.     Jenis-Jenis Suaian

Suaian yang terjadi ada beberapa macam, tergantung daerah tolerasnsi dari poros, maupun lubang yang dipakai sebagai basis pemberian toleransi. Jenis-jenis suaian sebagai berikut.

1.      Suaian longgar (Clearance fits), yaitu bila bagian yang berpasangan pada waktu dipasang mempunyai kelonggaran yang pasti.

2.      Suaian transisi (Transition fits) akan terjadi dua kemungkinan, yaitu bisa terjadi kesesakan kecil maupun kelonggaran kecil.

3.      Suaian sesak (Interfereance fits) pada pemasangan ini selalu dalam keadaan sesak.

C.     Cara Menentukan Besarnya Toleransi

Ada dua cara dalam menentukan besarnya toleransi yang dikehendaki, yaitu dengan sistem basis lubang dan sistem basis poros. Kedua cara ini bisa dipakai dalam menentukan toleransi ukuran. Pada sistem basis lubang, semua lubang diseragamkan pembuatannya dengan toleransi H sebagai dasar, sedangkan ukuran poros berubah-ubah menurut macam suaian. Pada sistem basis poros, ukuran poros sebagai dasar dengan tolernasi “h” dan ukuran lubang berubah-ubah.

1.      Sistem Basis Lubang

Suaian dengan sistem basis lubang banyak dipakai. Suaian yang dikehendaki dapat dibuat dengan jalan mengubah-ubah ukuran poros, dalam hal ini ukuran batas terkecil lubang tetap sama dengan ukuran nominal. Dalam basis lubang akan didapatkan keadaan suaian sebagai berikut.

a)      Suaian longgar: dengan pasangan daerah toleransi untuk lubang adalah H dan dareah toleransi poros dari a sampai h.

b)      Suaian transisi: dengan pasangan dareah toleransi lubang H dan daerah-daerah toleransi poros dari j sampai n.

c)      Suaian sesak:  dengan pasangan daerah toleransi lubang H dan daerah toleransi poros dari p sampai z.

Sistem basis lubang biasanya dipaka dalam pembuatan bagian-bagian dari suatu mesin perkakas, motor, kereta api, dan pesawat terbang.

2.      Sistem Basis Poros

Dalam suaian dengan basis poros maka poros selalu dinyatakan dengan “h”. Ukuran batas terbesar dari poros selalu sama dengan ukuran nominal. Pemilihan suaian yang dikehendaki dapat dilakukan dengan mengubah ukuran lubang. Sistem basis poros kurang disukai orang karena mengubah ukuran lubang lebih sulit daripada mengubah ukuran poros. Dalam sistem basis poros juga akan didapatkan keadaan suaian yang sama dengan suaian dalan sistem basis lubang dengan demikian dikenal juga:

a)      Suaian longgar: dengan pasangan daerah toleransi h dan daerah tolernasi lubang A sampai H.

b)      Suaian transisi: dengan pasangan daerah toleransi h untuk poros dan daerah toleransi lubang J sampI H.

c)      Suaian sesak: dengan pasangan daerah toleransi h untuk poros dan daerah untuk lubang P sampai Z.

Sistem basis poros banyak digunakan dalam pembuatan bagian alat-alat pemindah, motor-motor listrik, dan pesawat angkat.

D.    Menentukan Suaian Dan Toleransi

Dalam menentikan toleransi tetap harus berpegang pada prinsip efisiensi produksi. Jadi, toleransi tidak terlalu mahal, artinya teliti. Karena pekerjaanyang teliti memerlukan kecermatan dan ketelitian pada waktu mengerjakan sehingga waktu yang dibutuhkan lebih lama dan menyebabka biaya produksi mahal. Dalam menentukan toleransi akan lebih baik sebesar mungkin atau menurut kebutuhan, tetapi sudah memenuhi syarat teknis minimal. Kadang-kadang penentuan toleransi juga dipengaruhi oleh cara pengerjaan. Pengerjaan poros lebih mudah daripada pengerjaan lubang sehingga toleransi poros bisa dibuat lebih halus daripada lubang. Pemilihan toleransi untuk lubang dan poros yang banyak dan biasa digunakan adalah dengan sistem basis lubang, yaitu sebagai berikut:

Untuk lubang menggunakan H7, H8, H9, H11

Untuk poros menggunakan c11, d10, e9, f7, g6, k6, p6, dan s6.

Keadaan suaian yang akan terjadi dikelompokkan sebagai berikut:

1.   Suaian longgar      : yang termasuk suaian longgar adalah pasangan H11-c11; H9-d10; H9-e9; H7-g6; H7-h6.

2.   Suaian transisi       : yang termasuk suaian transisi adalah H7-k6; H7-n6.

3.   Suaian sesak          : yang termasuk suaian sesak adalah pasangan dari H7-p6; H7-s6.

Pemilihan toleransi untuk lubang dan poros yang menggunakan sistem basis poros sebagai berikut.

Untuk poros: h6; h7; h9; dan h11.

  Untuk lubang: C11; D10; E9; F8; G7; H7; K7; N7; P7; dan S7.

  Keadaan suaian yang akan terjasi dikelompokkan sebagai berikut.

1.   Suaian longgar      : yang termasuk suaian longgar adalah pasangan h11-C11; h9-D10; h9-E9; h7-F8; h6-G7; dan h6-H7.

2.   Suaian transisi       : yang termasuk suaian transisi adalah pasangan dari h6-k7 dan h6-N7.

3.   Suaian sesak          : yang termasuk suaian sesak adalah pasangan dari h6-P7; dan h6-S7.

E.     Tingkatan Suaian

Dalam penggunaannya, suaian-suaian longgar, transisi, maupun sesak masih harus dibagi dalam tingkatan-tingkatan yang lebih terperinci. Dengan demikian dapat ditentukan jenis suaian yang tepat untuk suatu komponen menurut penggunaan dari komponen yang akan dibuat. Tingkatan suaian dari masing-masing keadaan suaian untuk basis lubang sebagai berikut.

1.   Suaian Longgar

a)      Suaian sangat luas

Suaian yang sangat longgar merupakan hasil pasangan dari H11-c11; H9-d10; dan H9-e9. Tingkatan suaian ini digunakan untuk bagian-bagian yang mudah berputar, mudah dipasang dan dibongkar tanpa paksa, misalnya dipakai pada poros roda gigi, poros hubungan, dan bantalan dengan kelonggaran yang pasti.

b)      Suaian luas

Suaian yang agak longgar merupakan hasil gabungan lubang dan poros dari H8-f7 dan H7-g6. Suaian ini biasa dipakai pada peralatan yang berputar terus menerus, misalnya dipakai pada bantalan yang mempunyai kelonggaran biasa, yaitu bantalan jurnal.

c)      Suaian geser

Suaian yang sangat pas, suaian ini hasil gabungan dari lubang dan poros H7-h6. Meskipun demikian suaian ini masih mempunyai kelonggaran yang sangat kecil. Suaian ini banyak dipakai pada peralatan yang tidak berputar, misalnya senter kepala lepas, sarung senter, dan poros spindel.

2.      Suaian Transisi

Suaian ini merupakan hasil gabungan antara lubang dan oros yang akan menghasilkan suatu keadaan kemungkinan longgar dan sesak, hal ini tergantung dari daerah toleransi yang dipakai. Yang termasuk dalam suaian transisi adalah:

a)      Suaian puntir

Suaian ini adalah gabungan dari lubang dan poros dari H7-k6. Suaian ini digunakan apabila pasangannya memerlukan kesesakan dan dengan jalan dipuntir waktu melepas maupun memasang, misalnya sebuah metal dengan tempat kedudukannya.

b)      Suaian paksa

Suaian ini mempunyai kesesakan yang pasti. Suaian ini hasil gabungan dari lubang dan poros, yaitu dari H7-n6. Pada suaian ini akan terjadi kesesakan permukaan yang dipasang agak panjang. Contoh pemakaiannya pada plat pembawa dalam mesin bubut, dan kopling.

3.      Suaian Sesak

a)      Suaian kempa ringan

Suaian ini hasil gabungan dari lubang dan poros, yaitu H7-p6. Pasangan dalam suaian ini harus ditekan atau dipukul dengan menggunakan palu plastik atau palu kulit. Penggunaan suaian ini misalnya pada bus-bus bantalan dan pelak roda gigi.

b)      Suaian kempa berat

Suaian ini gabungan dari lubang dan poros H7-p6. Pemasangan suaian ini harus ditekan dengan gaya yang agak berat dan suatu ketika harus menggunakan mesin penekan. Suaian ini digunakan pada kopling atau pada gelang tekan.

Untuk basis poros:

1.      Suaian longgar

a)      Suaian sangat luas

Suaian ini adalah gabungan dari poros dan lubang, yaitu h11-C11; h9-D10; dan h9-E9. Penggunaannya adalah pada bantalan-bantalan yang mudah dipasang dan dilepas dengan poros.

b)      Suaian luas

Suaian ini hasil gabungan dari poros dan lubang, yaitu h7-F8 dan h6-G7. Contoh penggunaannya pada bantalan jurnal dan peralatan yang tidak berputar.

c)      Suaian geser

Suaian ini hasil gabungan dari poros dan lubang: h6-H7. Penggunaan pada peralatan yang tidak berputar.

2.      Suaian transisi

a)      Suaian puntir

Suaian ini terjadi dari gabungan poros dan lubang h6-K7. Suaian ini dipakai pada peralatan yang pemasangannya harus mengalami penekanan dan dipuntir.

b)      Suaian paksa

Suaian ini terjadi dari gabungan poros dan lubang h6-N7. Pada sistem ini juga terjadi kesesakan yang pasti.

3.      Suaian sesak

a)      Suaian kempa ringan

Suaian ini merupakan gabungan dari poros dan lubang h6-P7. Pemasangan komponen dalam suaian ini harus ditekan.

b)      Suaian kempa berat

Suaian ini merupakan gabungan poros dan lubang h6-S7. Pemasangan komponen ini harus ditekan dengan gaya yang lebih berat.

F.     Menentukan Harga Toleransi

Cara yang banyak dipakai dalam menentukan harga toleransi adalah dengan memakai sistem basis lubang dan tingkatan-tingkatan suaian. Dalam menentukan toleransi secara luas, industri komponen-komponen mesin dibagi dalam dua kategori yaitu:

1.      Kategori lubang atau golongan lubang

Golongan lubang adalah suatu golongan atau komponen yang dalam pemasangan dan penggabungannya harus dimasuki oleh komponen lain sebagai pasangannya. Dalam hal ini termasuk dudukan-dudukan dari pasak poros, bantalan-bantalan, lubang poros roda gigi, dan lubang poros hubungan.

2.      Kategori poros atau golongan poros

Golongan poros adalah suatu komponen yang dalam pemasangan dan penggabungannya harus dimasukkan kedalam komponen lain sebagai pasangannya. Dalam hal ini termasuk dalam golongan poros yaitu poros-poros, pasak-pasak, baut-baut, sekrup-sekrup, senter, ring torak, dan pena torak.

Suaian Dasar

 A. Pengertian Suaian

Suaian adalah kondisi pasangan antara 2 komponen karena adanya perbedaan ukuran (toleransi). Dengan adanya toleransi akan terjadi perbedaan-perbedaan ukuran dari bagian yang selesai dikerjakan dan akan dipasang. Tetapi perbedaan-perbedaan ini masing-masing bisa dipasang dengan bagian yang menjadi pasangannya.

B.  Jenis-Jenis Suaian

Suaian yang terjadi ada beberapa macam, tergantung daerah tolerasnsi dari poros, maupun lubang yang dipakai sebagai basis pemberian toleransi. Jenis-jenis suaian sebagai berikut.

1.      Suaian longgar (Clearance fits), yaitu bila bagian yang berpasangan pada waktu dipasang mempunyai kelonggaran yang pasti.

2.      Suaian transisi (Transition fits) akan terjadi dua kemungkinan, yaitu bisa terjadi kesesakan kecil maupun kelonggaran kecil.

3.      Suaian sesak (Interfereance fits) pada pemasangan ini selalu dalam keadaan sesak.

C. Cara Menentukan Besarnya Toleransi

Ada dua cara dalam menentukan besarnya toleransi yang dikehendaki, yaitu dengan sistem basis lubang dan sistem basis poros. Kedua cara ini bisa dipakai dalam menentukan toleransi ukuran. Pada sistem basis lubang, semua lubang diseragamkan pembuatannya dengan toleransi H sebagai dasar, sedangkan ukuran poros berubah-ubah menurut macam suaian. Pada sistem basis poros, ukuran poros sebagai dasar dengan tolernasi “h” dan ukuran lubang berubah-ubah.

1.      Sistem Basis Lubang

Suaian dengan sistem basis lubang banyak dipakai. Suaian yang dikehendaki dapat dibuat dengan jalan mengubah-ubah ukuran poros, dalam hal ini ukuran batas terkecil lubang tetap sama dengan ukuran nominal. Dalam basis lubang akan didapatkan keadaan suaian sebagai berikut.

a)      Suaian longgar: dengan pasangan daerah toleransi untuk lubang adalah H dan dareah toleransi poros dari a sampai h.

b)      Suaian transisi: dengan pasangan dareah toleransi lubang H dan daerah-daerah toleransi poros dari j sampai n.

c)      Suaian sesak:  dengan pasangan daerah toleransi lubang H dan daerah toleransi poros dari p sampai z.

Sistem basis lubang biasanya dipaka dalam pembuatan bagian-bagian dari suatu mesin perkakas, motor, kereta api, dan pesawat terbang.

2.      Sistem Basis Poros

Dalam suaian dengan basis poros maka poros selalu dinyatakan dengan “h”. Ukuran batas terbesar dari poros selalu sama dengan ukuran nominal. Pemilihan suaian yang dikehendaki dapat dilakukan dengan mengubah ukuran lubang. Sistem basis poros kurang disukai orang karena mengubah ukuran lubang lebih sulit daripada mengubah ukuran poros. Dalam sistem basis poros juga akan didapatkan keadaan suaian yang sama dengan suaian dalan sistem basis lubang dengan demikian dikenal juga:

a)      Suaian longgar: dengan pasangan daerah toleransi h dan daerah tolernasi lubang A sampai H.

b)      Suaian transisi: dengan pasangan daerah toleransi h untuk poros dan daerah toleransi lubang J sampI H.

c)      Suaian sesak: dengan pasangan daerah toleransi h untuk poros dan daerah untuk lubang P sampai Z.

Sistem basis poros banyak digunakan dalam pembuatan bagian alat-alat pemindah, motor-motor listrik, dan pesawat angkat.

D.  Menentukan Suaian Dan Toleransi

Dalam menentikan toleransi tetap harus berpegang pada prinsip efisiensi produksi. Jadi, toleransi tidak terlalu mahal, artinya teliti. Karena pekerjaanyang teliti memerlukan kecermatan dan ketelitian pada waktu mengerjakan sehingga waktu yang dibutuhkan lebih lama dan menyebabka biaya produksi mahal. Dalam menentukan toleransi akan lebih baik sebesar mungkin atau menurut kebutuhan, tetapi sudah memenuhi syarat teknis minimal. Kadang-kadang penentuan toleransi juga dipengaruhi oleh cara pengerjaan. Pengerjaan poros lebih mudah daripada pengerjaan lubang sehingga toleransi poros bisa dibuat lebih halus daripada lubang. Pemilihan toleransi untuk lubang dan poros yang banyak dan biasa digunakan adalah dengan sistem basis lubang, yaitu sebagai berikut:

Untuk lubang menggunakan H7, H8, H9, H11

Untuk poros menggunakan c11, d10, e9, f7, g6, k6, p6, dan s6.

Keadaan suaian yang akan terjadi dikelompokkan sebagai berikut:

1.   Suaian longgar      : yang termasuk suaian longgar adalah pasangan H11-c11; H9-d10; H9-e9; H7-g6; H7-h6.

2.   Suaian transisi       : yang termasuk suaian transisi adalah H7-k6; H7-n6.

3.   Suaian sesak          : yang termasuk suaian sesak adalah pasangan dari H7-p6; H7-s6.

Pemilihan toleransi untuk lubang dan poros yang menggunakan sistem basis poros sebagai berikut.

Untuk poros: h6; h7; h9; dan h11.

  Untuk lubang: C11; D10; E9; F8; G7; H7; K7; N7; P7; dan S7.

  Keadaan suaian yang akan terjasi dikelompokkan sebagai berikut.

1.   Suaian longgar      : yang termasuk suaian longgar adalah pasangan h11-C11; h9-D10; h9-E9; h7-F8; h6-G7; dan h6-H7.

2.   Suaian transisi       : yang termasuk suaian transisi adalah pasangan dari h6-k7 dan h6-N7.

3.   Suaian sesak          : yang termasuk suaian sesak adalah pasangan dari h6-P7; dan h6-S7.

E.     


Tuesday, October 13, 2020

Cara Pembubutan Eksentrik Cekam Rahang 4

 Cara membubut poros eksentrik adalah suatu jenis pembubutan dimana benda kerja memiliki lebih dari 1 sumbu. Jarak eksentrik diperoleh dari menggeser sumbu utama. Langkah awal pekerjaan pembubutan adalah dengan mencermati gambar kerja. Hasil pencermatan pada gambar tersebut diperoleh informasi bahwa material benda kerja adalah dari mild steel dengan ukuran awal sebesar Ø25X55 mm. Harga kekasaran permukaan yang diinginkan adalah sebesar N6 dan tidak terdapat tanda pengerjaan khusus lainnya. Tanda batas toleransi tidak ada yang tertulis secara khusus, hal ini menunjukkan bahwa toleransi ukuran yang digunakan adalah toleransi umumJenis pekerjaan pada job cara membubut poros eksentrik cukup banyak yaitu: bubut muka, bubut rata bertingkat, champer, dan membubut eksentris.

Berikut ini dijelaskan urutan langkah pengerjaan cara membubut poros eksentrik sebagaimana ditunjukkan pada gambar. Secara umum langkah pengerjaan dibagi menjadi dua bagian yaitu: persiapan dan pembuatan eksentrik. Langkah persiapan cara membubut poros eksentrik adalah pekerjaan dimana menyiapkan peralatan dan penyiapan blank benda kerja sebelum pengerjaan pembubutan eksentrik. Sedangkan langkah pembuatan eksentrik adalah proses pembubutan poros eksentrik menggunakan rahang 4 independent.

Persiapan cara membubut poros eksentrik

1.      Mempersiapkan mesin bubut dan peralatan pendukung lain yaitu: jangka sorong dengan ketelitian min 0,05 mm, pahat bubut rata, senter putar, cekam independent rahang 4 dan high gauge.

2.      Memasang pahat bubut rata pada toolpost sedemikian rupa agar posisi ujung sisi sayat setinggi titik center benda kerja.

3.      Memeriksa dan memposisikan tuas pengatur putaran sesuai hasil perhitungan rpm benda kerja, demikian juga tuas pengatur gerakan feeding mesin sesuai untuk memperoleh kualitas permukaan yang diinginkan.

4.      Mencekam benda kerja sedemikian rupa pada rahang 3 otomatis agar dapat mengerjakan sisi kiri benda kerja dengan Ø22 mm. Penjepitan benda kerja diupayakan center/tidak oleng dan harus mempertimbangkan jarak bebas terhadap gerakan pahat agar tidak menabrak cekam mesin bubut pada saat proses pengerjaan.

5.      Melakukan pembubutan muka, sebaiknya cukup dilakukan dalam 1 kali penyayatan saja sampai permukaan yang rata. Penyayatan dapat dilakukan secara manual maupun dengan menggerakan eretan atas secara otomatis.

6.      Melakukan pembubutan lurus rata untuk Ø22 mm dengan panjang 32 mm (30+2 mm). Pengerjaan pembubutan dengan konsep dan cara yang sama seperti pada pengerjaan poros bertingkat sederhana. Penyesuaian ukuran yang ingin dicapai, khususnya pada pengaturan ukuran menggunakan skala nonius eretan.

7.      Mengubah posisi pahat bubut sedemikian rupa agar dapat melakukan pembuatan chamfer sebesar 1X45O pada dan Ø22 mm tersebut.

8.      Membalik penjepitan benda kerja untuk melakukan pembubutan muka sampai diperoleh ukuran panjang total benda kerja sebesar 50 mm. Pengaturan titik nol eretan dan tebal penyayatan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.

9.      Melepaskan benda kerja yang sudah selesai dilakukan pembubutan awal.

10.  Membuat gambar atau beri tanda permukaan benda kerja yang sebelah kanan untuk menentukan posisi titik pusat/center eksenstrisnya dengan cara menggoresnya dengan menggunakan high gauge. Jarak eksentris yang ditentukan adalah sebesar 5 mm (perhatikan gambar kerja)

Pengerjaan cara membubut poros eksentrik

1.      Mengganti cekam mesin bubut dengan cekam independent rahang 4.

2.      Memasang benda kerja sedemikian rupa pada cekam independent rahang 4 agar dapat mengerjakan sisi kanan dengan Ø10 sepanjang 20 mm:

·         Mengatur posisi penjepitan benda kerja agar titik center eksentrisnya segaris dengan center mesin bubut dengan mengatur posisi masing-masing rahang sesuai posisi yang diinginkan.

·         Gunakan senter putar kepala lepas untuk mengecek posisi apakah titik center eksentrisnya sudah segaris dengan center mesin bubut.

·         Apabila posisi titik center eksentrisnya belum tercapai, maka posisi masing-masing rahang diatur kembali sedemikian rupa agar tercapai jarak eksentris sebesar 5 mm.

3. Melakukan pembubutan rata untuk Ø10 sepanjang 20 mm.

·         Sebaiknya menggunakan putaran benda kerja yang lebih rendah dari hasil perhitungan rumus standarnya untuk alasan keselamatan. Hal ini dikarenakan adanya jarak eksentris sehingga pada saat penyayatan awal akan terjadi pembubutan yang discontinue, yaitu pada satu siklus putaran benda kerja akan ada saat pahat menyayat benda kerja dan bebas tanpa menyayat. Hal ini akan mengakibatkan adanya beban kejut pada pahat bubut maupun benda kerja.

·         Tebal penyayatan juga mempertimbangkan kondisi di atas, sehingga sebaiknya mengatur tebal penyayatan yang relatif tipis terlebih dahulu.

·         Pada saat kondisi pembubutan yang discontinue sudah tidak terjadi, putaran benda kerja dan tebal penyayatan dapat disesuaikan kembali dengan hasil perhitungan rumus standarnya.

·         Melakukan penyayatan sampai dengan tercapai Ø10 sepanjang 20 mm.

4. Mengubah posisi pahat bubut sedemikian rupa agar dapat melakukan pembuatan chamfer sebesar 1X45O pada dan Ø10 mm tersebut.

5. Proses pekerjaan sudah selesai. Lepaskan benda kerja dan lakukan prosedur kebersihan sebagaimana tata tertib yang berlaku di bengkel pemesinan.


Kisi-kisi

  1.       Bagaimana bentuk Gambar proyeksi orthogonal …. 2.       Apa yang di maksud pandangan depan …. 3.       Gambar pandangan a...