Proses Pembuatan Pahat Bubut Dan Sifat Material Pahat
A.
Proses
Pembuatan Pahat Bubut
Untuk mendapatkan kualitas hasil produk pahat
bubut yang standar, tahapan proses pembuatannya harus sesuai prosedur yang
telah ditetapkan. Berikut tahapan proses pembuatan alat potong.
Keterangan:
·
Proses mixing.
Proses mixing.,
merupakan proses pencampuran (mixing) antara serbuk logam dengan bahan
aditif.
·
Proses pembentukan (forming)
Proses pembentukan (forming),
yaitu proses pemberian gaya-gaya kompaksi baik pada temperatur ruang (coldcompaction)
maupun pada temperatur tinggi (hot compaction). Proses cold compaction
akan dilanjutkan dengan proses sintering, yaitu proses pemanasan yang dilakukan
pada kondisi vakum sehingga diperoleh partikel-partikel yang bergabung dengan kuat.
·
Proses manufaktur
Proses manufaktur
adalah proses pemesinan dalam rangka membentuk produk alat potong sesuai
standar yang diinginkan.
·
Proses finishing
Proses finishing
adalah proses mengahluskan bidang/ bagian tertentu agar kelihatan lebih menarik
bila dilihat dari sisi tampilan, dengan tidak mempengaruhi spesifikasi.
B.
Sifat Bahan/ Material Pahat Bubut
Secara
garis besar ada empat sifat utama yang diperlukan untuk menjadi alat potong
yang memiliki kemampuan pemotongan/ performa yang baik.Sampai saat ini belum
ada material alat potong yang secara keseluruhan dapat memenuhi keempat sifat
yang ada, masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan yang dalam
aplikasinya dapat disesuaikan dengan dengan kebutuhan pekerjaan. Adapun
sifat-sifat yang dibutuhkan pada suatu alat potong antara lain sebagai berikut:
1. Keras
Sifat
paling utama yang dibutuhkan oleh alat potong adalah keras.Agar dapat memotong/
menyayat bahan benda kerja/ material dengan baik, alat potongharus memilki
sifat lebih keras dari benda kerja/ row material.Pemotongan/ penyayatan dengan
alat potong keras, selain dapat melakukan pemotongan dengan baik juga alat
potong tidak lentur/ stabil. Tingkat kekerasan material benda kerja maupun alat
potong yang ada sekarang ini sudah cukup bervariasi, sehingga kita tinggal
memilih material alat potong yang kita butuhkan disesuaikan dengan bahan benda
kerja (row material) yang akan dikerjakan. Namun tidak sedikit terjadi
dilapangan, pada kondisi tertentu alat potong harus digunakan untuk memotong/
menyayat benda kerja (row material) yang sudah mengalami proses
perlakukan panas (heat treatment), yang mungkin kekerasanya menyamai
atau bahkan melebihi kekerasan dari material alat potong yang ada, sehingga
harus mengganti jenis alat potong lain yang memiliki sifat yang lebih keras
dari pada bahan benda kerja. Sifat keras suatu alat potongsangat erat kaitannya
dengan unsur-unsur paduan yang ada pada bahan alat potong tersebut, sehingga
apabila ingin meningkatkan kekerasannya pada saat proses pembuatanharus menambahkan
unsur paduan lain yang mampu meningkatkan kekerasan. Selain itu perlu diketahui
bahwa, tingkat kekerasan alat potong akan bertolak belakang dengan tingkat
kelenturan atau keuletannya, yang tentunya sifat ini juga merupakan sifat yang
dibutuhkan untuk menjadi alat potong yang performanya baik.
2. Ulet/ Liat
Sifat
ulet sangat diperlukan pada suatu alat potong, terutama untuk mengatasi/
menetralisir adanya beban kejut dan getaran yang mungkin muncul sewaktu
pemotongan/ penyayatan terjadi.Sifat ulet ini menyebabkan pahat mampu untuk
mengalami pelenturan atau defleksi yang bersifat elastis.Meskipun dapat
melentur pahat diharapkan tetap stabil dan kokoh, defleksi hanya diperlukan
untuk mengurangi efek dari beban kejut. Sifat ulet dan keras memang saling
bertolak belakang, semakin keras material itu maka akan semakin getas, dan
sebaliknya, sehingga jarang di temukan material yang mempunyai tingkat
kekerasan dan keuletan yang baik. Untuk menanggulangi hal tersebut maka pahat
dibuat dari dua material yang berbeda, yang pertama adalah material keras
(material alat potong) kemudian yang kedua adalah material penyangga yang
biasanya terbuat dari baja St. 60 atau EMS 45.Metode pengikatnya bisa berupa
brazing, dibaut, dijepit, atau diselipkan.
3. Tahan Panas
Setiap
alat potong pada saat digunakan untuk melakukan pemotongan/ penyayatan akan
timbul panas, hal ini tarjadi karena adanya gesekan akibat pemotongan).
Besarnya panas yang ditimbulkan secara dominan tergantung dari kecepatan potong
(cutting speed), kecepatan pemakanan (feed), kedalaman pemakanan
(depth of cut), putaran mesin (Revolution per menit – Rpm), jenis
bahan benda kerja yang dikerjakan dan penggunaan air pendingin. Panas yang
timbul akibat pemotongan, akan merambat dan terdistribusi pada benda kerja
maupun pada pahat. Perambatan panas pada benda kerja jenis tertentu yaitu yang
termasuk baja paduan, pada suhu tertentu dapat mengakibatkan perubahan struktur
sehingga tingkat kekerasanya menjadi berubah lebih keras seperti dilakukan
proses pengerasan (hardening). Sedangkan perambatan panas pada pahat
bubut, seperti dilakukan proses tempering atau normalising yang
dapat mengakibatkan penurunan tingkat kekerasannya. Perlu diketahui bahwa,
ketahanansuatu alat potong terhadap panas, sangat dipengaruhi oleh jenis bahan/
material yang digunakan.Bahan atau material alat potong dikatakan baik apabila
mampu mempertahankan kekerasanya pada suhu tinggi, jadi meskipun ada panas yang
muncul akibat pemotongan/ penyayatan tidak mempengaruhi performa dari pahat
bubut. Panas yang muncul pada pahat bubut, dapat dikurangi dengan memberikan
air pendingin pada saat proses pemotongan/ penyayatan. Cara pemberian air
pendingin hendaknyadiarahkan tepat pada titik pemotongan/ penyayatan, sehingga
diharapkan dapat mengurangi atau menetralisir panas yang terjadi pada benda
kerja maupun pahat. Selain itu perlu diketahui bahwa, pemberian air pendingin
yang tidak rutin/ stabil, akan dapat menyebabkan mata sayat pahat bubut menjadi
retak atau pecah dalam hal ini untuk pahat bubut yang mengandung unsur
karbonnya tinggi.
4. Tahan Aus
Penampang
ujung pahat bubut yang kecil dan runcing, mudah sekali untuk mengalami keausan.
Sifat ini tidak bias terlepas/ erat kaitanya dengan sifat yang lain yaitu
kekerasan, keuletan dan tahan panas, akan tetapi merupakan hal yang berdiri
sendiri. Umur pakai pahat secara normal menunjukkan tingkat ketahanan terhadap
keausan.Keausan yang timbul pada mata sayat pahat bubut, dapat disebabkan
terjadinya gesekan maupun getaran yang terjadi pada saat pemotongan/
penyayatan.Sifat tahan aus dapat diperbaiki dengan penambahan unsur paduan
ataupun perbaikan pada geometri sudut pada pahat bubut.
Soleh 07:07
ReplyDeleteMiftakhul huda (07.13)
ReplyDeleteMuhamad hadi sasmito 07:15
ReplyDeleteTegar ari 07:23
ReplyDeleteNanda 07:28
ReplyDeleteToni prasetyo 07:40
ReplyDeleteTio setiawan
ReplyDeleteAda yang kesulitan absen tidak...
ReplyDeleteWimpi Aditiya 08.11
ReplyDeleteReza dwi 8:25
ReplyDeleteReza prayoga 8:51
ReplyDeleteMriofirdiansyah 8:56
ReplyDeleteryan agustianus
ReplyDelete9.46
Deletemohamad ari fadilah 10 : 36
ReplyDeleteRega aditia dwi putra 12.46
ReplyDelete